PLN

PLN Targetkan Lelang PLTA dan PLTP Puluhan Gigawatt 2025

PLN Targetkan Lelang PLTA dan PLTP Puluhan Gigawatt 2025
PLN Targetkan Lelang PLTA dan PLTP Puluhan Gigawatt 2025

JAKARTA - Sebagai bagian dari upaya mempercepat transisi energi menuju sistem kelistrikan yang lebih bersih dan berkelanjutan, PT PLN (Persero) siap membuka lelang besar-besaran proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada tahun 2025. Tidak tanggung-tanggung, total kapasitas yang akan dilelang mencapai 1 gigawatt (GW) untuk PLTA dan 5,2 GW untuk PLTP.

Langkah ini menjadi sinyal kuat komitmen PLN untuk memperbesar porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional, sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

“Tahun ini kita akan segera melakukan pelelangan untuk PLTA hydro ini lebih dari 1 gigawatt. Bersama dengan itu, kita juga akan melelang untuk panas bumi, geothermal, sampai 5,2 gigawatt,” ujar Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Suroso Isnandar, dalam acara Indonesia Energy Transition Dialogue 2025, Senin (6/10).

Fokus pada Energi Baseload dan Intermiten

Suroso menjelaskan bahwa lelang tersebut akan difokuskan pada pembangkit baseload seperti PLTA dan PLTP yang mampu menyediakan pasokan listrik stabil. Namun, PLN juga tidak menutup peluang untuk mengembangkan pembangkit intermiten seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang bersumber dari energi matahari dan angin.

“Total ada 32 proyek yang akan dilelang tahun ini. Namun, detailnya belum bisa kami sampaikan saat ini,” jelasnya.

Rencana pelelangan tersebut merupakan bagian dari strategi PLN menghadapi tantangan pembiayaan transisi energi yang sangat besar. Suroso menyebutkan, kebutuhan investasi untuk mengembangkan pembangkit EBT bisa mencapai lebih dari Rp 2.000 triliun dalam sepuluh tahun ke depan.

Peran Swasta Jadi Penopang Mayoritas Investasi

PLN tidak akan membiayai seluruh kebutuhan tersebut sendiri. Dari total investasi yang dibutuhkan, BUMN kelistrikan itu hanya akan menyiapkan sekitar Rp 500 triliun, sedangkan lebih dari 70% sisanya akan melibatkan sektor swasta melalui skema kerja sama dan investasi.

“Kendalanya apa? Yang saya bilang tadi, economics. Tadi saya bilang 32 lelang nanti di akhir tahun, mudah-mudahan tarifnya menarik,” ujarnya.

Ketertarikan investor terhadap proyek-proyek EBT milik PLN terbilang tinggi. Setiap pelelangan biasanya diikuti oleh lebih dari 20 peserta, terutama karena biaya pembangunan pembangkit terus menurun. Saat ini, biaya proyek EBT bahkan telah mencapai USD 200 per kilowatt hour (kWh), jauh lebih kompetitif dibandingkan beberapa tahun lalu.

“End of this year, kami sudah persiapkan. Pada peta ini kami sudah menyiapkan lebih dari 300 dokumen lelang. Dalam waktu tak lama lagi kita akan melelangkan untuk pembangunan ini,” tambah Suroso.

Transisi Energi Butuh Dana Rp 2.722 Triliun

PLN memperkirakan kebutuhan investasi untuk mendukung seluruh proses transisi energi nasional mencapai sekitar USD 162 miliar atau setara Rp 2.722 triliun (kurs Rp 16.805 per dolar AS). 

Dana tersebut mencakup pembangunan pembangkit EBT hingga pengembangan jaringan transmisi hijau yang dibutuhkan untuk mendistribusikan listrik dari sumber-sumber energi bersih ke seluruh wilayah Indonesia.

Dari jumlah itu, sekitar USD 59 miliar atau hampir Rp 1.000 triliun akan dialokasikan untuk proyek pembangkit EBT seperti PLTA dan PLTP. Sementara itu, USD 24 miliar atau sekitar Rp 434 triliun dibutuhkan untuk membangun jaringan transmisi hijau guna mendukung distribusi listrik bersih.

Target Penambahan Kapasitas 71,2 GW Hingga 2034

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, PLN menargetkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 71,2 GW, dengan sekitar 59% di antaranya berasal dari EBT.

Komposisi tersebut meliputi:

11,7 GW dari pembangkit tenaga air (besar dan mini hydro),

5,1 GW dari pembangkit panas bumi,

1 GW dari biomassa,

16,9 GW dari PLTS, dan

7,2 GW dari PLTB.

Dengan target tersebut, PLN berambisi menjadikan energi bersih sebagai tulang punggung sistem kelistrikan nasional dalam satu dekade mendatang.

Lelang Proyek Jadi Strategi Percepat Pembangunan EBT

Strategi pelelangan menjadi langkah penting PLN dalam mempercepat pengembangan energi terbarukan. Selain memberikan kesempatan lebih besar bagi swasta untuk berpartisipasi, mekanisme ini juga mempercepat transfer teknologi, memperluas sumber pendanaan, dan mendorong efisiensi biaya pembangunan pembangkit.

Suroso optimistis bahwa dengan persiapan yang matang, proses pelelangan akan berjalan lancar dan menarik minat investor global. Hal ini akan mempercepat pencapaian target bauran energi nasional yang berfokus pada pengurangan emisi karbon dan pemanfaatan sumber daya energi yang lebih ramah lingkungan.

Penutup: Babak Baru Transisi Energi Nasional

Langkah PLN melelang proyek PLTA 1 GW dan PLTP 5,2 GW menjadi tonggak penting dalam perjalanan transisi energi Indonesia. Dengan melibatkan investor swasta secara masif dan memanfaatkan teknologi yang semakin efisien, proyek-proyek ini tidak hanya akan memperkuat ketahanan energi nasional tetapi juga mendukung komitmen pemerintah terhadap pengurangan emisi karbon dan pencapaian Net Zero Emissions 2060.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index