JAKARTA - Dalam sebuah malam yang penuh emosi dan sejarah, Cecilia Braekhus, salah satu petinju wanita terbesar sepanjang masa, resmi mengakhiri karier profesionalnya dengan kemenangan gemilang.
Petinju asal Norwegia itu menutup lembaran panjang kariernya di atas ring dengan meraih gelar juara dunia kelas welter super putri (69,8 kg) WBC setelah mengalahkan petinju Slovenia, Ema Kozin, dalam duel spektakuler yang digelar di Lillestrom, Norwegia.
“Dalam malam perpisahan yang tak terlupakan, legenda Cecilia Braekhus menutup karir gemilangnya dengan kemenangan mutlak melalui keputusan juri atas petinju Slovenia Ema Kozin, sekaligus merebut gelar juara dunia kelas welter super WBC,” demikian pernyataan resmi World Boxing Council (WBC), yang dikutip di Jakarta, Selasa.
Pertarungan Terakhir: Dominasi Sang "First Lady of Boxing"
Lahir di Kolombia dan dibesarkan di Norwegia, Braekhus sekali lagi memperlihatkan keanggunan teknis dan kecerdasan taktis yang telah mengantarnya menjadi legenda dalam dunia tinju wanita. Sejak bel pembuka dibunyikan, “First Lady of Boxing” langsung mengendalikan laga dengan jab yang tajam dan ritme yang ia kuasai sepenuhnya.
Braekhus menunjukkan kemampuannya dalam mengatur jarak, menahan tekanan lawan, dan memanfaatkan setiap momentum dengan presisi tinggi. Ia berhasil menetralkan ancaman dari Kozin, yang lebih muda dan memiliki jangkauan pukulan lebih panjang, dengan strategi yang matang dan pengalaman yang tak tertandingi.
Selama sepuluh ronde penuh, Braekhus tetap tampil dominan. Gerakan kakinya yang lincah, pukulannya yang akurat, serta kemampuannya membaca ritme lawan membuat Kozin kesulitan untuk membalikkan keadaan.
Kozin memang berusaha memberikan perlawanan sengit dengan meningkatkan tekanan dan intensitas serangan. Namun, upayanya tetap tidak cukup untuk menandingi dominasi Braekhus, yang tampil tenang dan penuh otoritas di setiap ronde—seolah menguasai ring seperti seorang ratu di singgasananya.
Skor Mutlak dan Penutup Karier yang Sempurna
Ketika ronde terakhir usai, hasil akhirnya sudah dapat diprediksi. Para juri memberikan kemenangan mutlak untuk Braekhus dengan skor 98-92, 97-93, dan 96-94. Ia pun mengangkat tangannya untuk terakhir kalinya sebagai seorang juara dunia, menutup karier profesionalnya dengan penuh kebanggaan dan kehormatan.
“Kemenangan ini menjadi momen puncak yang patut dikenang selamanya,” tulis WBC dalam laman resminya.
Perjalanan Emas: Dari Juara Dunia Hingga Legenda
Perjalanan Braekhus dalam dunia tinju bukanlah hal biasa. Namanya pertama kali mencatatkan sejarah pada September 2014, ketika ia berhasil merebut seluruh sabuk juara dunia kelas welter (66 kg) dari berbagai badan tinju dunia: WBC, WBA, IBF, WBO, dan IBO setelah mengalahkan Ivana Habazin dari Kroasia.
Pencapaian tersebut menjadikannya petinju wanita pertama dalam sejarah yang memegang semua sabuk kejuaraan di kelas welter secara bersamaan — sebuah rekor yang masih langka hingga hari ini.
Selama satu dekade penuh, Braekhus menguasai divisi tersebut dengan tangan besi. Ia menyamai rekor 10 tahun milik Joe Louis, sang legenda kelas berat, dalam mempertahankan gelar dunia. Namun, perjalanan kariernya tak selalu mulus. Pada Maret 2023, ia harus menerima kenyataan pahit setelah mengalami dua kekalahan beruntun dari petinju Amerika Serikat, Jessica McCaskill, yang membuatnya kehilangan sabuk juara dunia.
Kembali ke Puncak Sebelum Menggantung Sarung Tinju
Meskipun sempat kehilangan kejayaan, Braekhus tidak menyerah. Pertarungan melawan Ema Kozin menjadi misi terakhirnya untuk menutup karier dengan kepala tegak. Dan ia berhasil melakukannya.
Dengan kemenangan tersebut, Braekhus membuktikan bahwa kelas dan kualitas sejati tidak pernah hilang. Ia kembali ke puncak sebagai juara dunia sebelum akhirnya memutuskan pensiun dari ring tinju profesional.
WBC pun memberikan penghormatan tinggi kepada sang legenda. “Karir Braekhus yang ditandai dengan disiplin, ketahanan, dan kerendahan hati, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah olahraga tinju,” tulis organisasi tersebut.
Warisan Abadi Seorang "First Lady of Boxing"
Cecilia Braekhus bukan sekadar petinju hebat — ia adalah pionir yang mengubah wajah tinju wanita. Dengan teknik elegan, dedikasi tinggi, dan kepribadian yang rendah hati, ia telah membuka jalan bagi generasi baru petinju perempuan untuk bermimpi lebih besar.
Warisan Braekhus melampaui sabuk dan gelar juara. Ia telah menjadi simbol ketekunan, keberanian, dan semangat juang yang tak kenal menyerah. Dalam setiap pertarungannya, ia menunjukkan bahwa tinju bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang kcerdasan, strategi, dan hati yang pantang menyerah.
Kini, ketika ia menanggalkan sarung tinjunya untuk terakhir kali, dunia tinju mengenangnya bukan hanya sebagai juara, tetapi juga sebagai legenda yang menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia.
Kemenangan atas Ema Kozin bukan hanya akhir dari perjalanan panjang Cecilia Braekhus di ring tinju, tetapi juga puncak dari warisan luar biasa yang ia tinggalkan. Dari meraih semua sabuk juara dunia hingga menyamai rekor para legenda, Braekhus telah membuktikan dirinya sebagai salah satu petinju wanita terbaik dalam sejarah.
Malam perpisahannya mungkin telah berakhir, tetapi nama “First Lady of Boxing” akan selamanya terukir dalam sejarah olahraga dunia — sebagai simbol keanggunan, kekuatan, dan kejayaan yang abadi.