JAKARTA - Memasuki awal pekan, pelaku pasar modal kembali menaruh perhatian pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berpotensi melanjutkan tren penguatan. Setelah menutup perdagangan pekan lalu di zona hijau, sejumlah analis menilai momentum positif ini masih bisa berlanjut, meskipun ruang kenaikan diperkirakan akan terbatas.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 3 Oktober 2025, IHSG mencatat kenaikan sebesar 0,59% dan bertengger di level 8.118. Kenaikan tersebut menjadi sinyal positif bagi investor bahwa tekanan jual mulai mereda, dan potensi rebound semakin terbuka. Menurut Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, penguatan IHSG pada akhir pekan lalu juga disertai dengan peningkatan volume beli, yang mengindikasikan mulai pulihnya kepercayaan investor terhadap pasar saham domestik.
“Pergerakan IHSG dalam jangka pendek masih cenderung konsolidatif, namun peluang penguatan tetap terbuka. Dalam skenario terbaik, IHSG berpotensi membentuk bagian dari wave [iii] menuju rentang 8.200–8.246,” ujar Herditya.
IHSG Masih Rawan Koreksi Terbatas
Meski demikian, Herditya mengingatkan bahwa pergerakan IHSG belum sepenuhnya aman dari potensi koreksi. Ia memproyeksikan bahwa secara teknikal, indeks masih mungkin terkoreksi untuk menguji area support di kisaran 7.894–7.959 terlebih dahulu, sebelum kembali melanjutkan penguatan.
“Pada label hitam, IHSG masih rawan terkoreksi paling tidak untuk menguji level tersebut sebelum melanjutkan tren naik,” tuturnya.
Dari sisi teknikal, Herditya menilai bahwa support IHSG berada di level 8.005 dan 7.840, sedangkan resistance diperkirakan berada di 8.155 dan 8.192. Artinya, ruang pergerakan indeks masih cukup terbuka baik ke atas maupun ke bawah, tergantung pada kekuatan sentimen pasar di awal pekan.
Kendati terdapat potensi koreksi jangka pendek, momentum akumulasi beli diyakini masih bisa dimanfaatkan oleh investor, terutama pada saham-saham yang memiliki prospek fundamental dan teknikal menarik.
Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini
Berdasarkan hasil riset MNC Sekuritas, Herditya membagikan sejumlah saham yang direkomendasikan untuk perdagangan Senin, 6 Oktober 2025. Berikut daftar dan analisis teknikalnya:
1. PT Samator Indo Gas Tbk (AGII)
Rekomendasi: Buy on weakness di Rp 1.090–Rp 1.190
Target harga: Rp 1.275 dan Rp 1.320
Stop loss: di bawah Rp 1.045
Saham AGII dinilai menarik di tengah meningkatnya permintaan gas industri dan ekspansi jaringan distribusi yang dilakukan perusahaan. Secara teknikal, AGII masih berada dalam tren naik jangka menengah dengan dukungan kuat di area 1.090–1.120. Potensi kenaikan ke atas level 1.300 masih terbuka jika volume beli berlanjut.
2. PT Jasa Marga Tbk (JSMR)
Rekomendasi: Buy on weakness di Rp 3.760–Rp 3.880
Target harga: Rp 4.040 dan Rp 4.160
Stop loss: di bawah Rp 3.690
Sebagai operator jalan tol terbesar di Indonesia, JSMR diuntungkan oleh peningkatan mobilitas masyarakat dan pertumbuhan lalu lintas pasca-pandemi. Secara teknikal, harga saham JSMR menunjukkan pola higher low, mengindikasikan potensi penguatan lanjutan menuju area 4.000-an.
3. PT Petrosea Tbk (PTRO)
Rekomendasi: Buy on weakness di Rp 6.925–Rp 7.075
Target harga: Rp 7.525 dan Rp 8.025
Stop loss: di bawah Rp 6.725
PTRO mendapat sentimen positif dari meningkatnya aktivitas tambang dan diversifikasi bisnis energi. Dari sisi teknikal, saham ini menunjukkan pola uptrend channel yang kuat. Penembusan di atas 7.100 berpotensi membuka jalan menuju target 8.000 dalam jangka pendek.
4. PT Raharja Energy Cepu Tbk (RATU)
Rekomendasi: Buy on weakness di Rp 6.400–Rp 6.675
Target harga: Rp 7.125 dan Rp 7.425
Stop loss: di bawah Rp 6.300
RATU menjadi salah satu saham energi yang menarik perhatian investor karena stabilitas harga komoditas dan prospek pertumbuhan sektor energi baru terbarukan. Secara teknikal, saham ini tengah berada di fase konsolidasi sehat dan berpotensi rebound jika mampu bertahan di atas level support utama 6.400.
Arah IHSG Ditopang Sentimen Global dan Domestik
Selain faktor teknikal, pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh kombinasi sentimen global dan domestik. Dari luar negeri, pelaku pasar masih menanti perkembangan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) pasca-isu government shutdown dan potensi pelonggaran suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed).
Ekspektasi terhadap penurunan suku bunga acuan oleh The Fed telah mendorong arus modal masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini turut memperkuat nilai tukar rupiah yang menguat ke kisaran Rp 16.562 per dolar AS pada akhir pekan lalu, menciptakan dampak positif terhadap pasar saham.
Sementara itu, dari dalam negeri, stabilitas ekonomi makro dan meningkatnya kepercayaan investor terhadap sektor konsumsi dan infrastruktur memberikan dukungan tambahan bagi IHSG. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap solid di kisaran 5% tahun ini menjadi pondasi yang kuat bagi sentimen positif pasar modal.
Prospek Awal Pekan: Waspada tapi Optimistis
Secara keseluruhan, analis menilai IHSG berpeluang melanjutkan penguatan terbatas pada perdagangan Senin, 6 Oktober 2025. Namun, investor disarankan tetap berhati-hati dan disiplin menetapkan batas risiko (stop loss), mengingat volatilitas pasar global yang masih tinggi.
“Selama IHSG masih mampu bertahan di atas area support 8.000, tren penguatan masih terjaga. Peluang buy on weakness bisa dimanfaatkan pada saham-saham berfundamental baik seperti AGII, JSMR, PTRO, dan RATU,” tutup Herditya.