Miss Tionghoa Indonesia 2025 Simbol Harmoni dan Akulturasi Budaya

Senin, 06 Oktober 2025 | 10:07:41 WIB
Miss Tionghoa Indonesia 2025 Simbol Harmoni dan Akulturasi Budaya

JAKARTA - Dalam upaya memperkuat persatuan melalui keberagaman, Grand Final Miss Tionghoa Indonesia 2025 tidak hanya menjadi ajang pencarian bakat dan kecantikan, tetapi juga simbol nyata akulturasi budaya yang memperkaya jati diri bangsa. 

Dukungan besar terhadap penyelenggaraan acara tersebut datang langsung dari Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, yang menilai kompetisi ini sebagai momentum penting untuk merayakan sekaligus melestarikan warisan budaya Tionghoa yang telah menyatu dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Digelar di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta, perhelatan Miss Tionghoa Indonesia 2025 menjadi bukti bahwa keberagaman budaya bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang dapat menyatukan dan mendorong kemajuan bangsa.

 Lewat ajang ini, nilai-nilai budaya Tionghoa yang telah berakar lama di tanah air dipresentasikan dalam kemasan modern, menarik minat generasi muda untuk mengenalnya lebih dekat.

Budaya Sebagai Kekuatan Pengikat Bangsa

Dalam sambutannya, Fadli Zon menekankan bahwa Miss Tionghoa Indonesia jauh melampaui sekadar kontestasi kecantikan. Menurutnya, ajang ini adalah wadah penting untuk merayakan keberagaman budaya yang telah membentuk identitas bangsa Indonesia selama berabad-abad.

“Ajang ini adalah wadah penting untuk merayakan dan melestarikan budaya Tionghoa yang akulturasinya telah menjadi bagian integral dari kekayaan budaya Nusantara. Melalui ajang ini, kita perkuat semangat harmoni dalam keberagaman dan menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas budaya kita,” ujar Fadli.

Ia menyebutkan bahwa sejarah menunjukkan kontribusi besar masyarakat Tionghoa dalam perkembangan budaya dan kemerdekaan Indonesia. Jejak tersebut terlihat dari kiprah tokoh-tokoh Tionghoa yang berperan penting dalam literasi dan kebudayaan Nusantara.

“Kita lihat banyak sekali tokoh-tokoh masyarakat Tionghoa yang sangat memajukan literasi dan kebudayaan kita. Sebagai contoh misalnya Tan Khoen Swie, yang merupakan perusahaan penerbitan tua di Jawa, yang menerbitkan hampir 300 buku-buku penting dari sastra Jawa. Termasuk karya-karya besar dari Ronggo Arsito, Yasadipura dan banyak lagi,” tambahnya.

Perjalanan Panjang Akulturasi Budaya Tionghoa

Fadli juga menyoroti bagaimana akulturasi budaya Tiongkok telah berlangsung dalam rentang waktu yang sangat panjang. Sejumlah artefak dan bukti sejarah yang tersebar di pelosok Nusantara menjadi saksi bahwa budaya Tionghoa telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Indonesia.

Lebih jauh, ia berharap bahwa kekayaan budaya yang beragam ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong pertumbuhan sektor cultural and creative industry.

“Mudah-mudahan semakin banyak generasi emas kita, termasuk perempuan Tionghoa Indonesia ke depannya yang bisa menjadi duta-duta budaya. Saya kira kita harus menjadikan budaya sebagai garda depan. Selain untuk jati diri dan identitas kita, peluang ke depan untuk cultural and creative industry ini akan menjadi semakin tren untuk menjadi driver dan engine di dalam pertumbuhan bangsa,” tuturnya.

Wadah Inspiratif untuk Generasi Muda

Miss Tionghoa Indonesia 2025 dirancang bukan sekadar kompetisi kecantikan, melainkan platform edukatif dan inspiratif yang bertujuan mengangkat nilai budaya Tionghoa sekaligus menanamkan rasa bangga pada identitas budaya di kalangan generasi muda.

Tahun ini, sebanyak 27 finalis dari berbagai provinsi — mulai dari DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan hingga Bali — bersaing dalam tiga kategori usia: cilik (7–12 tahun), remaja (13–16 tahun), dan dewasa (17–27 tahun). Dengan mengusung tema “Merangkai Budaya, Meraih Masa Depan”, ajang ini menjadi ruang bagi para peserta untuk menunjukkan pemahaman mereka terhadap budaya sekaligus kontribusi nyata dalam melestarikannya.

Dukungan Penuh dari Tokoh Nasional

Acara Grand Final turut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, di antaranya National Director Miss Tionghoa Indonesia, Nita Kartika, serta Founder Miss Tionghoa Indonesia, Roy E Mahieu. Sosok inspiratif Merry Riana, motivator sekaligus pengusaha wanita ternama, juga hadir memberikan dukungan.

Selain itu, sejumlah nama berpengaruh menjadi dewan juri, termasuk Putri Indonesia Pendidikan dan Kebudayaan 2024, Melati Tedja; Gubernur Distrik 3420 Rotary International, Dyah Anggraeni; akademisi President University, Fransiska Wiratikusuma; lektor Chinese Department Binus University, Juniana; Direktur Color Models, Agung Soedir Putra; dan pengusaha hospitality, Meiline Tenardi.

Mendampingi Menteri Kebudayaan dalam acara tersebut, hadir pula Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsu Rijal.

Pesan untuk Generasi Penerus Bangsa

Menutup sambutannya, Fadli Zon menyampaikan pesan penting kepada para generasi muda Indonesia. Ia mengajak mereka untuk berpartisipasi aktif dalam merawat budaya, menjunjung tinggi nilai-nilai yang diwariskan leluhur, serta berani tampil percaya diri membawa budaya Indonesia ke panggung dunia.

“Saya berharap ajang Miss Tionghoa Indonesia menjadi ruang ekspresi pelestarian dan pemersatu bangsa. Selamat dan sukses untuk Miss Tionghoa Indonesia, semoga terus menjadi wadah yang inspiratif, inklusif, dan memperkuat semangat kebangsaan melalui budaya,” ucapnya.

Budaya Sebagai Perekat Identitas Bangsa

Grand Final Miss Tionghoa Indonesia 2025 bukan hanya merayakan keindahan dan talenta generasi muda Tionghoa-Indonesia, tetapi juga mengukuhkan peran budaya sebagai jembatan persatuan di tengah keragaman. Dukungan penuh dari pemerintah menunjukkan pentingnya pelestarian budaya sebagai bagian dari strategi memperkuat identitas nasional sekaligus membuka peluang besar di sektor ekonomi kreatif.

Dalam konteks yang lebih luas, ajang ini mengingatkan kita bahwa kebudayaan bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi fondasi masa depan yang dapat mempererat persaudaraan, memperkuat semangat kebangsaan, dan mempersiapkan generasi penerus yang bangga akan akar budayanya.

Terkini